Thursday, February 24, 2011

100.000 Orang Asia Terjebak di Libya

AP PHOTO/HUSSEIN MALLA Prajurit militer Libya dan pengunjuk rasa berdiri di atas van militer sambil meneriakkan slogan-slogan antipemimpin Libya Moammar Khadafy dalam aksi unjuk rasa di Tobruk, Libya, Rabu (23/2). Di Tripoli, tembakan senjata dilepaskan militer yang loyal kepada Khadafy untuk membungkam pengunjuk rasa.
NEW DELHI, KOMPAS.com – Negara-negara Asia mempersiapkan rencana evakuasi besar-besaran bagi 100.000 migran yang terperangkap di Libya. Sebagian besar adalah pekerja kasar di lokasi-lokasi konstruksi.
Pengaturan untuk menggunakan kapal-kapal penumpang, pesawat-pesawat dan rute-rute darat ke Mesir sedang dipertimbangkan, sementara sejumlah pemerintah berusaha menjamin keselamatan warga mereka kendati ada hambatan komunikasi.
Mayoritas adalah pekerja kontrak, 60.000 warga Bangladesh, 30.000 Filipina, 23.000 Thailand dan 18.000 India. China menyusun rencana untuk menyelamatkan sekitar 30.000 warganya, banyak di antara mereka teknisi di sektor-sektor minyak, kereta api dan telekomunikasi. Sementara Hanoi memantau kondisi 10.000 warga Vietnam.
"Ini operasi besar-besaran," kata Menteri Luar Negeri India, Nirupama Rao. "Kami tidak hanya melakukan pengaturan bagi pesawat atau kapal-kapal, tetapi juga mengurus izin dari pihak berwenang Libya bagi pesawat kami untuk mendarat di sana."
Dari 18.000 warga India di Libya, sekitar 3.000 orang dilaporkan tinggal di Kota Benghazi yang bekerja pada perusahaan-perusahaan mobil dan rumah-rumah sakit. Rao mengatakan sebuah kapal penumpang India dapat mengangkut 1.000 orang dari Laut Merah.
China akan mengirim sebuah pesawat, kapal-kapal dan kapal nelayaan ke Libya untuk membantu mengevakuasi warganya. Sebuah pesawat Air China akan meninggalkan Beijing menuju Athena, sementara pemerintah menunggu izin unuk mendarat di negara Afrika utara itu.
Kementerian Luar Negeri China "memutuskan untuk segera mengirim pesawat sipil carteran, kapal-kapal kargo di perairan terdekat dan kapal-kapal nelayan China untuk mengangkut kebutuhan hidup dan pasokan medis." China juga akan berusaha menyewa kapal-kapal penumpang skala besar dan bus-bus.
Wakil Presiden Filipina Jejomar Binay, yang negaranya banyak menerima kiriman uang dari sembilan juta warganya, akan terbang ke Timur Tengah, Jumat (25/2/2011), untuk meninjau rencana darurat bagi warga Filipina di kawasan itu.
Manila mengatakan, pihaknya akan membeli tiket-tiket pesawat untuk 30.000 warganya di Libya yang ingin pulang. Binay akan mengunjungi Kuwait dan Arab Saudi serta Abu Dhabi dan Dubai di Uni Emirat Arab. Ia diperkirakan akan bertemu para diplomat dan mengatur pemulangan warga Filipina.
Banyak warga Filipina bekerja di Timur Tengah, termasuk sekitar 32.000 di Bahrain dan Yaman yang dilanda protes. Bangladesh mengatakan pihaknya akan menyusun satu rencana evakuasi.
"Evakuasi adalah satu opsi," kata menlu Mijarul Quayes kepada wartawan di Dhaka. "Jika mungkin, kami akan memulangkan seluruh pekerja kami ke Bangladesh." Thailand memiliki 23.000 pekerja kontrak sebagian besar di sektor konstruksi di seluruh lokasi Libya.
Kedutaan Besar Thailand di Tripoli telah menghubungi para pekerja dan menganjurkan mereka agar siap dievakuasi, mungkin dengan kapal-kapal dari negara-negara lain untuk membawa mereka ke Malta, kata Kementerian Perburuhan di Bangkok.
Indonesia mengatakan, sejumlah pekerja sedang ditampung di kedutaannya di Tripoli dan rencana evakuasi sedang diatur bagi sekitar 875 warganya. Malaysia juga melakukan pengaturan yang sama bagi pemulangan 190 warganya.