Friday, March 11, 2011

Cukupkah Permintaan Maaf Kedubes AS?

2305243620X310 Cukupkah Permintaan Maaf Kedubes AS? TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa bertanya kepada para jurnalis Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (11/3/2011) terkait permintaan maaf Kedutaan Besar AS atas pengiriman informasi mentah terkait pemerintahan ke Washington DC.

"Apakah cukup dengan permintaan maaf? Saya hanya menyampaikan pernyataan kepada Anda semua. Bagaimana perasaan Anda?" ungkap Marty ketika ditanya soal permintaan maaf yang disampaikan Kedubes AS.

Marty sendiri enggan memberikan jawaban lugas ketika ditanya kembali oleh para wartawan, apakah dirinya menganggap permintaan maaf tersebut cukup. Marty mengatakan, pemerintah meminta jaminan kepada Kedubes AS agar kejadian serupa tak terulang lagi di masa mendatang.

"Sesuatu yang mereka dengar dari ngobrol-ngobrol, dan digambarkan sebagai suatu kebenaran. Itu tidak bisa kita terima. Sangat-sangat ceroboh," katanya.

Lantas, apa tanggapan Marty soal sikap pemerintah AS yang menyatakan tidak membenarkan dan tidak membantah isi kawat diplomatik tersebut? "Memang itu standar pernyataan pemerintah AS. Tidak mengkonfirmasi atau membantah. Itu standar AS karena mereka selalu menyatakan tidak bisa mengkonformasi informasi yang konon bersumber dari dokumen rahasia. Itu sudah posisi dasar mereka," katanya.

Kecewa dengan Media Australia

Pada kesempatan tersebut, Marty juga mengutarakan kekecewaannya atas ketidakprofesionalitas The Age dan Sydney Morning Herald. Marty mengatakan, kedua media terkemuka di Australia tersebut seharusnya melakukan konfirmasi kepada pemerintah sebelum menayangkan berita.

"Kita sangat prihatin, Australia adalah negara yang sangat menjunjung tinggi demokrasi, profesionalisme. Mengapa media massanya bisa terjebak dalam suatu situasi di mana memberitakan sesuatu tanpa ada memberikan kesempatan kepada pihak yang dirugikan untuk menyampaikan pandangannya. Anda semua dari media masa. Saya yakin, dalam bekerja, Anda melakukan konsep cek dan ricek, mencari informasi dari semua pihak. Itu sudah naluri bagi Anda semua. Tapi di Australia belum demikian," katanya.