Saturday, March 5, 2011

Menulis itu menyehatkan


Mengapa Menulis Menyehatkan??

Mari kita bahas disini.

Saat menulis, perhatian kita mau tidak mau harus terfokus kepada menyusun kalimat demi kalimat. Setelah satu kalimat selesai kita susun, kita akan menyusun kalimat selanjutnya sehingga nantinya akan membentuk paragraf, dan akhirnya akan terbentuk suatu tulisan utuh. Lihat saja ada berapa keberhasilan yang kita peroleh? Menyelesaikan kalimat pertama berarti keberhasilan yang pertama. Menyelesaikan kalimat kedua berarti kita membuat lagi keberhasilan yang ke dua. Demikian seterusnya. Jadi menulis kalimat demi kalimat sama saja sedang mengumpulkan keberhasilan demi keberhasilan. Padahal, seseorang yang sering berhasil akan meningkat kepercayaan dirinya. Orang yang percaya diri akan lebih tenang, lebih pasti langkahnya, lebih tajam sorot matanya dan lebih cerah mukanya. Dengan kata lain, menulis akan memupuk kepercayaan diri. Kepercayaan diri akan menyehatkan jiwa seseorang, sehingga dapat kita katakan menulis itu menyehatkan.

Menulis akan mendorong kita untuk berkonsentrasi kepada topik. Saat kita menulis tentang ‘membangun kepercayaan diri’ misalnya, secara otomatis perhatian kita akan terfokus pada masalah diseputar bagaimana membangun kepercayaan diri. Karena perhatian kita terfokus kepada masalah ini, maka kita akan sejenak melupakan kegelisahan kita, kekecewaan kita, kemarahan kita dan hal-hal negatif lainnya yang kita paksa untuk “parkir” dulu karena kita sedang mendahulukan kepada masalah yang sedang menjadi perhatian kita, yaitu topik yang sedang kita tulis. Jadi dengan menulis kita tidak perlu lagi mencari obat penenang untuk meredam kegelisahan kita. Kegiatan menulis akan membawa kita ke keasyikan tersendiri, sehingga maaf, kegelisahan dan teman-temannya harus pergi dulu dari diri kita. Bisa saja kita bahkan melupakan kegelisahan kita. Nah, menulis menyehatkan bukan?

Menulis mendorong kita untuk selalu berfikir. Mau tidak mau kita harus berpikir “Apa lagi ya yang harus aku tulis setelah ini?”, “What’s next?”. Seperti halnya otot yang semakin dilatih akan semakin kuat, semakin kita berfikir otak kita juga akan semakin terlatih dan semakin kuat. Otak kita jadi sehat. Kita akan tidak cepat pikun. Jadi, kalau ingin tidak cepat pikun, kuncinya adalah jangan pernah malas berfikir. Biar tidak malas berfikir, menulislah. Mau gak cepat pikun? Menulislah!

Menulis sering dijadikan alat untuk mengungkapkan perasaan. Rasa marah, penyesalan, dendam, kegundahan dan perasaan negatif yang ada pada diri kita sering kita tumpahkan melalui tulisan. Dengan menumpahkan kepada suatu tulisan, kita pada prinsipnya mendapatkan teman berkomunikasi, yaitu diri kita sendiri dan calon pembaca yang kita tuju. Adanya saluran komunikasi ini akan memberikan jalan keluar dari tekanan perasaan negatif. Kalau kita ibaratkan perasaan negatif tersebut adalah air keruh yang ada dalam kantong plastik, kalau tidak kita salurkan maka kantong plastik tersebut bisa pecah dan air keruh tersebut akan mengotori batin kita. Dengan menulis, kita mendapatkan saluran pembuangan untuk membuang perasaan negatif tersebut keluar dari diri kita. Bahkan sering pula dengan menulis kita bahkan menemukan jalan keluar yang jitu, yang tidak kita pikirkan sebelumnya. Nah, dengan demikian menulis akan membersihkan batin kita. Perasaan kita menjadi “plong”, sehat dan segar sehingga kita memiliki kesempatan untuk memikirkan dan melakukan hal-hal lain yang lebih sehat. Jadi, agar perasaan menjadi “plong”, menulislah.

Menulis Juga Menyembuhkan

Saya terkesima dengan sebuah tulisan yang menceritakan bagaimana seorang yang memiliki komplikasi lima penyakit bisa sembuh total dengan metoda penyembuhan yang ia yakini efektif, yaitu melalui menulis. Penderita penyakit tersebut adalah Gatut Susanta, seorang Insinyur Sipil, warga Bogor kelahiran Madiun. Pria yang saat itu berusia 43 tahun tersebut mengidap lima penyakit sekaligus yaitu hepatitis, gagal ginjal, pengentalan darah, penyempitan pembuluh otak, dan infeksi kandung kemih. Dalam wawancaranya dengan Media Indonesia (terbitan 24 Juli 2008) Gatut mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya sejak Februari 2005 tersebut sembuh total dengan metoda penyembuhan menulis setiap hari. Menurut Gatut, menulis membuatnya tenang, menerima dengan ihlas apa yang dialaminya, mensyukuri apa yang Ia dapatkan, dan memberikan semangat yang luar biasa untuk sembuh. Penyakit yang dideritanya akhirnya sembuh dan 15 buku berhasil Ia tulis.

Pengalaman Gatut tersebut membuat hipotesis saya bahwa “menulis itu sehat” lebih ditegaskan lagi bahwa bahkan menulis tersebut bisa menyembuhkan. Banyak penyakit fisik yang bermula dari masalah psikis seperti kegelisahan, kekuatiran, ketakutan, kebencian, dan masalah psikis lainnya. Menulis akan mengurangi bahkan dapat menyembuhkan penyakit psikis. Kejiwaan yang sehat akan mendorong sel-sel tubuh kita bekerja dengan baik. Antibodi kita akan bekerja dengan efektif sehingga badan kita juga akan menjadi sehat. Jadi, memang tidak berlebihan kalau menulis itu juga bisa menyembuhkan.

Terapi Menulis

Apabila kita sefaham bahwa “menulis itu menyehatkan”, atau bahkan “menulis itu menyembuhkan”, maka tidak berlebihan nampaknya kalau kita menulis demi kesehatan dan kesembuhan kita. Saya kira tidak berlebihan pula apabila menulis bisa dijadikan cara alternatif untuk pengobatan. Sehingga pada suatu saat mungkin akan muncul “terapi menulis”. Mau sehat? Mau sembuh dari penyakit yang Anda derita? Menulislah!


Disadur dari pembelajar.com, ditulis oleh Agung Praptapa

-Semoga bermanfaat-

Matur Nuwun