Wednesday, March 2, 2011

Sholat Isya, Di Awal Atau Di Akhir Malam?

Bismillah,



Sebuah pertanyaan saya baca di sebuah tempat. Isinya adalah (lebih kurang sebagai berikut) “Sholat Isya lebih baik (dilakukan segera) setelah adzan atau sebelum tidur?”



Jawaban yg diberikan untuk pertanyaan tersebut adalah “khusus untuk sholat isya, (jika) dilaksanakan makin malam (maka) makin baik.”



Hal ini menarik, karena saya memang pernah membaca (walau sekilas) mengenai ‘perbedaan’ perlakuan terhadap sholat Isya. Jika 4 waktu sholat lainnya (Subuh, Dhuhur, Ashar, dan Magrib) hendaknya SEGERA didirikan, atau dengan kata lain, di awal waktu (tentunya setelah waktunya masuk), maka di artikel tersebut disebutkan sholat Isya akan lebih baik dilakukan di akhir2 malam.



“Ah, apa benar? Dalil apa yg mendasari hal ini?”



Pertanyaan di atas, saya yakin akan muncul. Hal yg sama pernah saya alami saat saya baru tahu hal ini. Terlebih, seingat saya, artikel pembahasan hal ini (sholat Isya diakhirkan) tidak ada dalil yg cukup kuat. Walhasil, saya coba cari referensi terkait hal ini.



Alhamdulillah, saya temukan referensi hal ini.



Ternyata sholat Isya dilakukan di akhir (malam) itu sifatnya SUNNAH, BUKAN WAJIB. Harap diperhatikan hal ini, terutama penekanan pada SUNNAH-nya.



Ada beberapa dalil mengenai hal ini:

- “Suatu malam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendirikan shalat ‘atamah (isya`) sampai berlalu sebagian besar malam dan penghuni masjid pun ketiduran, setelah itu beliau datang dan shalat. Beliau bersabda: “Sungguh ini adalah waktu shalat isya’ yang tepat, sekiranya aku tidak memberatkan umatku.” (HR. Muslim no. 638)



- “Rasululloh SAW mengakhirkan shalat isya hingga malam sangat gelap sampai akhirnya Umar menyeru beliau, “Shalat. Para wanita dan anak-anak telah tertidur.” Beliau akhirnya keluar seraya bersabda, “Tidak ada seorang pun dari penduduk bumi yang menanti shalat ini kecuali kalian.” Rawi berkata, “Tidak dikerjakan shalat isya dengan cara berjamaah pada waktu itu kecuali di Madinah. Nabi beserta para sahabatnya menunaikan shalat isya tersebut pada waktu antara tenggelamnya syafaq sampai sepertiga malam yang awal.” (HR. Al-Bukhari no. 569 dan Muslim no. 1441)



- “Kami menanti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam shalat isya (‘atamah), ternyata beliau mengakhirkannya hingga seseorang menyangka beliau tidak akan keluar (dari rumahnya). Seseorang di antara kami berkata, “Beliau telah shalat.” Maka kami terus dalam keadaan demikian hingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar, lalu para sahabat pun menyampaikan kepada beliau apa yang mereka ucapkan. Beliau bersabda kepada mereka, “Kerjakanlah shalat isya ini di waktu malam yang sangat gelap (akhir malam) karena sungguh kalian telah diberi keutamaan dengan shalat ini di atas seluruh umat. Dan tidak ada satu umat sebelum kalian yang mengerjakannya.” (HR. Abu Dawud no. 421 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud)



Sebenarnya, sholat Isya pun HENDAKNYA didirikan DI AWAL (sesegera mungkin). Namun, mendirikan Isya di akhir, sebagaimana dalil2 di atas, SIFATNYA SUNNAH. Rasululloh SAW, seperti yg telah saya garis bawahi dan tebalkan, tidak mewajibkan sholat Isya di akhir karena akan memberatkan umat beliau.



Ada dalil lain yg perlu diperhatikan mengenai penyebab sholat Isya didirikan di akhir (malam).



“Adalah Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat zhuhur di waktu yang sangat panas di tengah hari, shalat ashar dalam keadaan matahari masih putih bersih, shalat maghrib saat matahari telah tenggelam dan shalat isya terkadang beliau mengakhirkannya, terkadang pula menyegerakannya. Apabila beliau melihat mereka (para sahabatnya/jamaah isya) telah berkumpul (di masjid) beliau pun menyegerakan pelaksanaan shalat isya, namun bila beliau melihat mereka terlambat berkumpulnya, beliau pun mengakhirkannya.” (HR. Al-Bukhari no. 565 dan Muslim no. 1458)



Dari hadits di atas, bisa kita lihat bahwa (seperti saya tulis di awal) pada dasarnya SEMUA SHOLAT HENDAKNYA DIDIRIKAN DI AWAL WAKTU. Khusus untuk Isya, apabila Rasululloh SAW melihat para sahabat dan jama’ah sudah berkumpul di awal waktu (misalkan waktu Isya di jam 19.15, lalu jam 19.20-19.30 para sahabat dan jama’ah sudah berkumpul, maka Rasululloh SAW akan segera mengimami dan bersama-sama (berjama’ah) mendirikan sholat Isya. Demikian juga sebaliknya, jika sahabat dan jama’ah ‘terlambat’ berkumpul (barangkali karena kesibukan atau hal2 lain), maka sholat Isya didirikan Rasululloh SAW dan sahabat dan jama’ah di akhir waktu.



Demikian, semoga artikel ini bermanfaat.